Sasaran Manajemen Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol

Sasaran Manajemen Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol - Pengertian Sasaran adalah rincian singkat dan tegas mengenai apa yang akan dicapai. Sedangkan manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilaksanakan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tersebut merupakan sasaran manajemen.


Dengan demikian, sasaran manajemen merupakan suatu perincian yang jelas dalam kegiatan manajemen guna memperoleh suatu cara, tekhnik, metode yang sebaiknya dilakukan agar dengan sumber-sumber atau sasaran yang terbatas (modal, bahan-bahan, dll) dapat diperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan prinsip ekonomi, yaitu: dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya guna memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

Secara garis besar, sasaran manajemen ini merupakan suatu cara untuk memperoleh hasil yang efisien (hemat guna) dalam bidang:

  1. Tenaga dan pikiran.
  2. Material dan biaya yang diperlukan.
  3. Waktu yang tepat, cepat dan hemat.

Dalam pengertian sasaran manajemen tersebut sudah disinggung tentang pengertian efisien dan efektif. Dalam arti, segala sesuatunya dilakukan dengan berdaya guna dan tepat guna (= tepat, cepat, hemat, dan selamat).


  • Efisien, Perbandingan yang terbaik antar suatu hasil dengan usahanya atau antara pemasukan dengan pengeluaran.
  • Efektif, Suatu kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diserahkan sesuai dengan rencana (tepat waktunya).
  • Tepat , Menunjukkan kena sasarannya; Apa yang dikehendaki tercapai atau menjadi kenyataan.
  • Cepat, Menunjukkan waktu; Tidak banyak waktu terbuang, selesai pada waktunya.
  • Hemat, Berarti dengan biaya yang sekecil-kecilnya diperoleh hasil yang sebesar-besarnya, tanpa adanya pemborosan atau penghamburan biaya, bahan, tenaga, waktu dan pemikiran.
  • Selamat, Menunjukkan kelancaran proses; Segala sesuatunya sampai pada tujuan yang dimaksud tanpa mengalami hambatan-hambatan, kelambatan atau kemacetan-kemacetan.

Jadi berdasarkan pengertian tadi, dapat dijelaskan kembali bahwa sesuatu yang efektif belum tentu dikatakan efisien. Karenanya menitik beratkan pada hal-hal yang berbeda.


  • Efektif, pada tujuan yang akan dicapai sesuai rencana, kurang memperhatikan usaha atau biaya yang dipergunakan. Dengan biaya berapa saja asal tujuan tercapai. Hal ini memungkinkan terjadinya pemborosan atau penghamburan-penghamburan yang tidak perlu.
  • Efisien, pada segi usaha atau biaya yang dipergunakan, kurang memperhatikan tujuan yang akan dicapai sesuai rencana. Kapan tujuan itu akan tercapai tidak menjadi masalah, asal biaya bisa dihemat seminimal (sekecil) mungkin.

Dari uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu sasaran manajemen dapat dicapai secara efektif dan efisien bila dapat melaksanakan prinsip-prinsip dengan usaha yang sekecil-kecilnya bisa mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.

Prinsip-Prinsip Manajemen
Prinsip dapat diartikan sebagai suatu kenyataan atau kebenaran umum dan dijadikan pedoman (petunjuk arah) terhadap pikiran dan tindakan yang akan dilakukan.

Prinsip-prinsip manajemen merupakan suatu pedoman dasar tetapi tidak mutlak untuk diterapkan terhadap proses manajemen dalam segala bentuk kegiatannya (top, middle, dan lower management). Sehingga penyimpangan atau kesalahan-kesalahan yang pokok dalam pekerjaan dapat terhindar.

Prinsip-prinsip manajemen menurut Henry Fayol hanya menampilkan garis-garis besarnya saja, di antaranya terdapat 14 (empat belas) prinsip-prinsip umum manajemen yakni:

1. Pembagian Kerja
Dalam organisasi/perusahaan yang sudah maju, sebagai akibat dari perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologinya yang menuntut adanya spesialisasi/pengelompokan tenaga kerja yang teratur dan tepat. Karena spesialisasi orang-orang inilah, maka diperlukan adanya pembagian kerja/tugas yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan bakat yang dimilikinya. Sehingga tujuan organisasi yang akan dicapai, menjadi lebih terarah, efektif, dan efisien.

2. Kekuasaan dan Tanggung Jawab
Dengan adanya pembagian kerja yang baik di dalam organisasi tersebut, sudah tentu dalam pelaksanaannya mereka diberi kekuasaan (wewenang) dan tanggung jawab sebagai kepercayaan dari pihak atasan. Pelimpahan kekuasaan dan tanggung jawab yang dilakukannya itu, tiada lain untuk memudahkan teknik pengawasan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien.

3. Disiplin
Peraturan dan disiplin yang diterapkan merupakan pedoman khusus untuk menggerakkan dan mendorong kepatuhan serta kesediaan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, tertib, dan tepat sesuai dengan tujuan yang diinginkan sehingga bisa menghemat waktu. Disiplin harus dilaksanakan secara formal terhadap semua anggota manajemen, tidak boleh dibeda-bedakan.

4. Kesatuan Perintah
Setiap anggota bawahan hanya mempunyai seorang atasan (pimpinan) langsung, yakni kepada siapa ia akan memberikan laporan dan pertanggungjawabannya, serta dari siapa ia menerima perintah, instruksi, bimbingan, dan pedoman kerja. Semua itu perlu untuk kelancaran dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tidak membingungkan para bawahan.

5. Kesatuan Pengarahan
Setiap unit/satuan tugas organisasi yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama harus dikoordinasikan pada satu arah dan satu rencana. Dalam arti, semua kegiatan, semua sumber dana, pemikiran, kehlian dan kemampuan (bakat) ditunjukkan hanya kepada satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga, rencana semula yang telah dirumuskan sasarannya dapat terlaksana dengan sempurna.

6. Mengabdikan Kepentingan Sendiri Kepada kepentingan Umum
Manusia sebagai unsur pelaksanaan rencana dalam setiap kegiatan organisasi perusahaan, mempunyai andil besar di dalamnya. Oleh karena itu, setiap anggota bawahan diusahakan agar mau diajak untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Hal ini perlu, disamping untuk menciptakan suatu iklim kerja sama yang baik, juga agar setiap kegiatannya berjalan sesuai dengan rencana bersama.

7. Penggajian Pegawai
Gaji merupakan pengaruh yang sangat besar terhadap status sosial seseorang. Pembayaran gaji/upah pegawai harus adil, menarik, dan cukup untuk memenuhi pegawai sendiri maupun kebutuhan keluarganya. Karena, semua itu akan memberikan motivasi (dorongan semangat) yang tinggi kepada setiap pegawai dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya terhadap perkembangan organisasi perusahaan yang bersangkutan.

8. Pemusatan Koordinasi
Agar para pegawai tidak dibingungkan oleh kesimpangsiuaran dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankannya, perlu adanya pemusatan (Sentralisasi) kekuasaan (wewenang) dalam kelompok tunggal, dan kepemimpinannya diserahkan kepada satu orang pemimpin, tanpa menimbulkan sifat- sifat kediktatoran saat menjalankan kepemimpinannya.

9. Jenjang Bertingkat
Agar pembagian tugas-tugas dan kekuasaan dapat terlihat dengan jelas, perlu disusun satuan-satuan tugas organisasi yang bertingkat-tingkat secara vertikal dan horizontal. Sehingga terdapat rantai jenjang bertetangga tiap bagian organisasi hal ini dapat memberikan pedoman dari masa perintah/instruksi itu diterima dan kepada siapa pertanggungjawaban harus disampaikan. Usahakan agar tingkat-tingkat jenjang organisasinya (seperti pimpinan puncak, kepala bagian, kepala seksi) berjumlah sedikit, sehingga saluran hubungan dari atasan sampai ke bawahan tidak terlampau panjang.

10. Ketertiban
Keteraturan dan kelancaran kegiatan suatu organisasi sangat penting. Oleh karena itu, setiap anggota pegawai yang terikat dalam kegiatan usaha pencapaian tujuan bersama harus mau mematuhi dan mentaati segala ketentuan-ketentuan yang ada, seperti mematuhi prinsip-prinsip pembagian kerja kesatuan arah, penggajian pegawai, disiplin kerja dsb.

11. Keadilan
Unit pimpinan tidak boleh memperlakukan pegawai bawahannya dengan semena-mena, tetapi harus adil dan bijaksana seperti mem- PHK (pemutusan hubungan kerja) tanpa alasan yang kuat. Hargailah setiap prestasi pegawai yang dicapainya sebagai karya nyata. Berilah kesempatan mengeluarkan saran/ide, pendapat, kritik dan informasi yang membangun, dalam upaya pengambilan keputusan yang lebih tepat. Tidak ada satu orang pun yang diistimewakan, karena hal itu dapat menimbulkan pertentangan.

12. Stabilitas Kondisi Pegawai
Manusia sebagai anggota organisasi, dihadapkan kepada keterbatasan-keterbatasan baik dari segi fisik maupun mental. Dari keterbatasan itulah, maka dalam setiap kegitannya pegawai perlu menjaga kestabilan kondisi kerja pegawai, yakni menjaga/ memelihara hubungan yang harmonis diantara sesama anggota, menjaga kesehatan, menjaga keselamatan kerja, dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan kelangsungan proses kegiatan manajemen

13. Prakarsa
Setiap pimpinan hendaknya selalu menghargai saran-saran, ide/ gagasan, kritik dan informasi yang dikemukakan oleh anggota bawahan. Karena semua itu merupakan suatu prakarsa yang dapat menciptakan cara-cara kerja (pikiran-pikiran) baru yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya, sehingga organisasi lebih cepat berkembang.

14. Semangat Kesatuan
Organisasi merupakan kegiatan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik dan  lancar, maka perlu pembinaan bimbingan, dan motivasi yang terus menerus terhadap pegawai agar mereka memiliki jiwa kesatuan dan rasa setia para pegawai agar mereka memiliki jiwa kesatuan dan jiwa setia kawan yang tinggi. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi inilah, lahir  suatu tata hubungan yang harmonis diantara sesama anggota, memiliki semangat persatuan-persatuan, senasib sepenaggungan dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama.

Gambar Prinsip Manajemen