Artikel Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian Contoh

Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian - Kepribadian seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil olah pikir manusia yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk hidup lain. Manusia dalam hal budaya sangat berperan dominan. Luapan sikap emosional, kegembiraan, kesedihan, dan beberapa sikap lain merupakan cermin dari perilaku manusia. Setiap manusia tentu memiliki cara atau kekhasan masing-masing dalam menyampaikan cara untuk menampilkan sikap mereka. 



Sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi dalam arti luas. Sosialisasi primer ditandai dengan proses sosialisasi di tingkat terbatas. Sosialisasi ini biasanya dilakukan dalam lingkup keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Sosialisasi model ini merupakan sosialisasi awal yang merupakan langkah pertama dari pembentukan kepribadian. Sosialisasi kedua adalah sosialisasi dalam arti luas, yaitu sosialisasi yang dilakukan di luar lingkup keluarga. Sosialisasi model ini lebih luas dan cakupan personalnya lebih banyak. Sosialisasi ini merupakan sosialisasi terbuka yang dapat dilakukan antarindividu atau antara individu dengan kelompok. 

Beberapa sosiolog mengemukakan teori mengenai tahapan sosialisasi. Untuk itu, mari kita pelajari pendapat para tokoh tersebut. 

a.  Robert M.Z. Lawang 
Proses sosialisasi merupakan proses pembelajaran tentang nilai, aturan, dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pembelajaran ini akan menghasilkan daya kreatif seseorang untuk berpartisipasi (terlibat aktif) dalam usahanya memahami lingkungan. 

b.  Laurence 
Sosialisasi adalah proses untuk menguasai pendidikan dan atau kebudayaan yang belum pernah diketahui. Proses pembelajaran ini mengenalkan seseorang pada nilai kehidupan lain dalam masyarakat di luar lingkup masyarakatnya. 

c.  Krathwohl
Sosialisasi  adalah proses penyesuaian diri (adaptasi) pada lingkungan baru yang sebelumnya bukan merupakan bagian dari wilayahnya. Adaptasi ini dapat berupa adaptasi lingkungan fisik atau lingkungan nonfisik (kebiasaan).

Faktor-Faktor Pembentuk Kekhasan Seseorang
Kekhasan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor di bawah ini yang akan membentuk kebudayaan. Faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan kepribadian meliputi beberapa faktor sebagai berikut.

a.  Faktor Lingkungan Fisik
Faktor ini mencakup faktor geografis, iklim, suhu, kesuburan tanah, dan arah angin. Pengaruh dari faktor fisik ini sangat besar bagi perkembangan seseorang. Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. 

Seseorang dari daerah dingin tentu memiliki perilaku berbeda dibandingkan seseorang dari daerah tropis. Sebagai contoh, kebiasaan minum wedang jahe di darah dingin seperti di Bandung.

b.  Faktor Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini dipengaruhi oleh keberadaan kelompok dalam masyarakat. Dalam kelompok, orang akan mendapatkan pengalaman sosial dan budaya. Hal ini akan memengaruhi seseorang dalam bersikap dan bertindak. Pengalaman budaya yang dialami oleh seseorang tentu tidak sama. Pengalaman budaya sangat membantu seseorang berkembang dalam bersosialisasi. Faktor ini membuat manusia memahami orang lain dari sisi kultural sehingga akan mengurangi konflik di tingkat masyarakat. 

Sebagai contoh, dalam lingkungan masyarakat yang plural (jamak atau beragam) sangat rentan terhadap konflik. Masalah kecil saja dapat memicu terjadinya konflik. Seseorang yang tidak mengenal budaya dari wil ayah lain tentu akan menganggap budaya yang dimilikinya selalu benar. Kebanyakan orang yang berasal dari lingkungan keras akan memiliki perasaan terbuka dan berwatak keras pula. Inilah contoh konkret dari pengaruh lingkungan sosial budaya.

c.  Faktor Keturunan atau Waris
Secara fisik maupun biologis, apa pun warna kulitnya, seberapa pun besar harta warisannya, pasti akan berpengaruh pada sikap atau perilaku. Misalnya, seseorang yang dilahirkan dalam situasi tidak ideal secara fisik tentu akan mencari cara agar fisiknya terlihat baik. Jadi, orang seperti ini memiliki daya juang dan kreativitas yang lebih tinggi dari orang normal. Faktor keturunan atau waris juga dapat memengaruhi perkembangan seseorang dalam berteman selain secara fisik saja. Artinya, hasil warisan orang tua kepada anaknya juga akan memengaruhi status sosial anak tersebut. Anak yang mendapat warisan akan bergaul dengan orang yang memiliki status sosial sama.

d.  Pengalaman Unik
Jika pengalaman ini sering masuk dalam diskusi siswa atau diskusi keluarga, akan memiliki pengaruh yang positif. Suasana tertekan tidak muncul sehingga kepribadiannya cenderung menyenangkan, hangat, dan membantu orang lain untuk memecahkan masalah.  Pengalaman seseorang tentu tidak dapat disamakan dengan orang lain walaupun mereka melakukan kegiatan yang sama. Perbedaan inilah yang disebut unik. Mengapa unik? Karena pengolahan pengalaman hanya dimiliki oleh seseorang secara individu. Dengan demikian, pengalaman unik akan muncul.

e.  Sifat-Sifat Kecenderungan
Faktor ini meliputi beberapa hal sebagai berikut.
  1. Agamis Religius
    Sikap ini mengutamakan kepentingan rohaniah yang didasari dari pengalaman-pengalaman pribadinya mengenai agama. Dengan demikian, semua kegiatan diri ditujukan pada kegiatan keagamaan.
  2. Sosial Estetis
    Sifat kerja sama antarmanusia ini mengedepankan sifat rapi, indah, dan sopan dalam berhubungan dengan orang lain. 
  3. Dinamis Inovatif
    Sikap ini dimiliki seseorang yang selalu ingin mengadakan perubahan dalam hidupnya. Selain itu, selalu mencari pembaruan untuk memperbaiki sistem sosial masyarakat. 


Kelima faktor di atas dapat berjalan dalam pembentukan karakter apabila melalui empat tahapan dalam pembentukan kepribadian. 

Tahapan kepribadian meliputi tahap persiapan, tahap meniru, tahap tindakan, dan tahap penyadaran diri. 

a.  Tahap Persiapan
Pada tahap ini setiap individu mengenal lingkungan secara minim. Pemahamannya hanya berdasarkan pada sesuatu yang dia pahami secara alamiah. 

b.  Tahap Meniru
Pada tahapan ini setiap individu mulai menirukan gerak dan kegiatan yang dilakukan orang lain. Pada tahap ini juga mulai dikenalkan sistem penerimaan atau respons atas stimulus (rang-sangan) dari orang lain. Rangsangan ini dapat berupa gerak, tutur kata, dan cara berpikir. Jika seseorang menirukan, berarti telah berjalan tanggapan yang ada dalam dirinya. Pada tahap ini juga muncul hukum reward and punishment. Jika kita meniru orang lain dan berhasil dengan baik maka kita mendapat penghargaan (reward). Sebaliknya, jika tidak relevan dengan keadaan sekitar, kita akan mendapat hukuman atau celaan (punishment), baik moral maupun material.

c.  Tahap Tindakan
Tahap ini ditandai dengan mulainya manusia mengenal lebih luas mengenai individu yang sama. Seusia dengan dirinya, sehobi dengan dirinya, atau sekomunitas dengan dirinya. Individu pada tahap ini sudah mulai mengenal dan memahami aturan, norma, dan perilaku masyarakat di sekitarnya. Hal ini sangat membantu individu untuk semakin memahami dirinya di tengah lingkungan yang luas. Jadi, seorang individu mulai mengenal banyak pilihan untuk dijalani.

d.  Tahap Penyadaran Diri
Pada tahapan ini semua proses interaksi seseorang dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak mana pun. Pada tahapan ini interaksi saling terjalin dengan pemahaman proaktif. Artinya, tidak ada saling tuntut dan meminta di antara pelaku interaksi. Akan tetapi, didasarkan pada kontribusi (sumbangan) pribadinya kepada kelompok tersebut.

Info Untukmu!
Sikap dasar manusia ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu pengalaman manusia tentang hal yang akan disikapi, suara hati manusia, dan keberanian. Ketiga faktor tersebut sangat penting bagi seseorang untuk membangun karakter dalam dirinya. Sikap yang jelas akan membentuk seseorang memiliki karakter kuat yang dapat menjadi panutan bagi orang lain. Sikap yang jelas adalah sikap bebas, tidak mudah dipengaruhi orang lain, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sikap inilah yang harus kita miliki jika kita ingin menjadi pemimpin. Tanpa sikap yang jelas, manusia mudah diombang­ambingkan. 

Pelaku Sosialisasi
Pelaku sosialisasi sangat beragam, yaitu pribadi, keluarga, lingkungan kerja, sekolah, dan komunitas lain. Pelaku sosialisasi secara pribadi dan keluarga disebut sosialisasi primer. Sementara itu, sosialisasi di luar keluarga dan pribadi atau dalam konteks lingkungan sekitar dinamakan sosialisasi sekunder. Pada proses tersebut seorang pelaku sosialisasi akan mengalami pemunculan sikap atau perubahan sikap. Sikap seseorang inilah yang akan menentukan langkah selanjutnya, yaitu berjalan atau tidaknya sosialisasi. 

Apakah sikap itu sebenarnya? Kita sering mendengar kata sikap dalam segala perbincangan, tetapi jangan-jangan kita tidak tahu apa arti kata sikap. Sikap adalah keinginan manusia atau individu dalam bertindak berdasarkan kecenderungan seseorang untuk menerima dan atau menolak keadaan lingkungannya. Sebenarnya, sikap tidak dapat dinilai hanya dari satu sisi untuk menyebut sikap baik dan sikap buruk.  Untuk lebih jelasnya, kita akan melihat uraian di bawah ini. Tujuannya, agar kalian dapat menentukan langkah dan sikap apa yang akan dilakukan setelah proses sosialisasi terjadi.

a.  Pribadi
Proses sosialisasi pribadi merupakan proses awal bagi seseorang yang akan melakukan interaksi dengan orang lain. Artinya, dalam tahap ini semua syarat terjadinya sosialisasi diserahkan sepenuhnya kepada pribadi seseorang. Semakin seseorang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik maka hasilnya juga akan baik

b.  Keluarga
Pada proses sosialisasi, peran keluarga sangat dominan. Nilai-nilai universal (umum) tentang tanggung jawab seseorang ditanamkan dalam keluarga. Sosok ayah dan ibu sangat memengaruhi dalam proses sosialisasi. Orang tua yang memberikan pemahaman hidup dengan terbuka mampu menggambarkan sosialisasi pada anak-anak mereka. Hal ini sangat membantu seorang anak yang akan melakukan sosialisasi di luar lingkup diri dan keluarganya.

c.  Teman Sebaya (Peer Group)
Teman sebaya adalah rekan, partner, atau teman yang memiliki usia hampir sama. Pada masa tertentu, seseorang akan memiliki orang lain selain keluarganya. Siapa yang mereka miliki selain keluarga? Jawabannya adalah teman. Seseorang yang memiliki teman sebaya  mulai membagi perhatian antara keluarga dan teman. Pada masa ini, seseorang mulai membuka diri dengan hal baru. Teman sebaya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sosialisasi ataupun dalam pembentukan kepribadian. 

Sosialisasi ini memerlukan pengawasan dari pihak yang berusia lebih tua dan memiliki otoritas. Jika tidak ada kontrol, sangat dimungkinkan akan terjadi proses yang tidak sehat. Masa ini merupakan masa seseorang mencari jati diri dan proses pengakuan sosial. Teman sebaya sangat menguntungkan apabila saling membantu. Sebaliknya, bukan untuk merusak tatanan masyarakat, seperti kelompok tawuran.

d.  Guru dan Lingkungan Sekolah
Guru merupakan sosok yang dapat dijadikan  partner untuk bersosialisasi. Peran guru adalah memberikan pengarahan dan pembimbingan serta fasilitator dalam memahami lingkungan. Misalnya, guru berperan dalam menanamkan pentingnya kedisiplinan dalam kehidupan. Nilai disiplin sangat penting untuk digunakan seseorang dalam menjalani kehidupan. Seseorang yang berhasil pasti memiliki kedisiplinan yang kuat. Dengan demikian, sosok guru dijadikan panutan atau teladan para siswa. Nilai positifnya bagi guru adalah guru akan selalu mencoba belajar dan hidup sebagai teladan bagi siswanya.

Lingkungan sekolah juga sangat membantu individu dalam proses sosialisasi. Sebagai contoh, jika kita perhatikan, sekolah kita telah memiliki sistem (alur kerja) dalam kesehariannya. Misalnya, nilai yang ditawarkan sekolah kepada setiap prbadi. Selain itu, sekolah sangat terbuka dalam membantu kita memahami orang lain dari sudut pandang bermacam-macam. Dengan demikian, lingkungan sekolah mampu memberikan pelajaran tentang HAM.

e.  Media Massa
Proses sosialisasi   oleh media massa adalah proses sosialisasi informasi yang telah terjadi. Pelaku sistem ini merupakan pelaku yang sangat kompeten dalam bidang pengolahan informasi. Akhirnya, informasi yang tersampaikan tidak akan membuat bingung masyarakat. Ciri pokok dari informasi yang disampaikan adalah informasi membentuk opini masyarakat tentang perilaku tertentu. Misalnya, informasi tentang perilaku negatif oknum (pelaku tertentu) anggota pemerintahan yang melakukan korupsi. 

Secara umum, media massa baik elektronik maupun cetak dibuat untuk menjembatani adanya kepentingan-kepentingan dalam masyarakat. Media massa sering memberikan informasi, baik yang bersifat serius maupun yang dikemas dalam acara humor. 

Kepentingan dalam media massa, antara lain sebagai berikut. 
  1. Kepentingan iklan. Iklan berguna bagi pengembangan usaha dan sosialisasi jenis produk sehingga membantu masyarakat yang memiliki usaha. Jika usahanya berjalan baik maka pemerintah dapat melaksanakan pembangunan negara lewat pajak dan investasi dari investor. Hal ini terjadi karena usaha lancar dan produknya dikenal oleh masyarakat.
  2. Alat kontrol masyarakat terhadap pemerintah. Hal ini penting dilakukan agar jalannya pemerintah dapat dipahami oleh masyarakat. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang mengutamakan kepentingan rakyat dalam membuat kebijakan. Oleh karena itu, media massa diperlukan sebagai alat yang dipahami dalam memberikan informasi bagi seluruh masyarakat.
  3. Alat sosialisasi kebijakan pemerintah. Kita sering melihat dalam surat kabar atau berita mengenai kebijakan pemerintah untuk masyarakat. Dalam hal ini, fungsi media massa adalah  menyosialisasikan program pemerintah kepada masyarakat umum.


Faktanya!
Kita tidak sadar bahwa ham­pir 50% perilaku kita dipen­garuhi oleh pribadi seseorang yang sering kita jumpai, yaitu guru kita. Memang sebagian orang menganggap bahwa profesi sebagai guru bukan profesi yang menjanjikan kekayaan finansial.
Guru adalah seorang agent of change dalam masyarakat. Kita berubah menjadi menger ti tentang berbagai ilmu dan perilaku sosial dari guru. Jadi, mari kita hargai guru dan teladani ajaran ser ta perilakunya selama perilaku itu sesuai dengan norma masyarakat.

Info Untukmu!
Di beberapa sekolah, baik di Indonesia maupun di luar negeri, teman sebaya mempunyai arti penting. Kebiasaan teman sebaya bukan saja sebatas masalah yang berkaitan dengan pola bermain, melainkan pola kegiatan teman sebaya (peer group) menjadi sarana yang ampuh untuk melakukan tutorial sebaya. Tutorial sebaya berarti proses pembelajaran dilakukan oleh seorang teman kepada beberapa teman lain.
Tutorial sebaya ternyata sangat efektif untuk saling membantu dalam kesulitan belajar. Penelitian di John Hopkin University membuktikan hal tersebut. Tutorial sebaya sangat diperlukan dalam proses sosialisasi dan proses pemahaman kelompok tentang materi baru. Pengajar diuntungkan dengan tidak perlu menjelaskan lebih detail karena sebagian siswa mereka ditolong temannya sendiri. Orang tua juga senang karena anaknya berkebiasaan baik dan tidak berkegiatan negatif di luar jam sekolah. Sementara itu, bagi para pelakunya akan diuntungkan dari sisi keakraban pertemanan dan motivasi belajar. 

Bentuk-Bentuk Sosialisasi
Bentuk sosialisasi digolongkan menjadi dua, yaitu sistem sosialisasi partisipatif dan bentuk sistem sosialisasi represif.

a.  Sosialisasi Partisipatif 
Model sosialisasi ini secara sadar melibatkan orang lain dengan sukarela. Model ini dikembangkan oleh seseorang yang berkeinginan melakukan komunikasi dan hubungan dengan orang lain tanpa paksaan. Jika diuraikan, kegiatannya sebagai berikut.
  1. Inti kepentingan pada dua orang yang bersosialisasi (unsur kesadaran untuk berkomunikasi dan sosialisasi).
  2. Bentuk sosialisasi merupakan kebebasan yang tidak dipaksakan oleh pihak mana pun dan oleh siapa pun.
  3. Penghargaan atau reward muncul dalam usaha menempatkan orang lain sebagai partner.


b.  Sosialisasi Represif
Sosialisasi ini berjalan satu arah dari seseorang kepada orang lain. Hubungan seperti ini dapat dilihat pada pola atau hubungan struktural dalam sebuah organisasi. Jika diuraikan, kegiatannya sebagai berikut.
  1. Inti kepentingan sosialisasi dari satu pihak saja, sedangkan pihak lain sebagai akibat dari keinginan ini. 
  2. Bentuk sosialisasi merupakan bentuk teguran atau ancaman yang bersifat memaksa dan tidak bebas.
  3. Hukuman atas perilaku akan diberikan dalam sosialisasi model ini. 


Jadi, ada dua macam model sosialisasi, yaitu partisipatif dan represif. Kedua model ini muncul karena adanya dua kepentingan yang berbeda. Dua pola ini sangat berpengaruh dengan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi utama (primer) dan sosialisasi tambahan (sekunder). Proses sosialisasi primer akan berkaitan dengan hal yang sifatnya genetis dan khas. Misalnya, watak seseorang jika dipahami lebih jauh pasti tidak jauh dengan kedua orang tuanya. Watak seseorang dapat dibentuk dengan meniru keseharian yang sangat dekat dengan mereka, yaitu ayah atau ibu. 

Gambar Membantu Orang tua

Watak yang terbentuk tidak jauh dari proses pembimbingan orang tua. Contoh konkretnya adalah dari gaya bicara, perilaku keseharian, sampai pada hal-hal yang lain. Misalnya, kebiasaan makan, warna kemeja, dan masih banyak lagi. Sosialisasi primer ini akan memunculkan kebiasaan yang diterima oleh masyarakat dan memiliki nilai keunggulan. Hal ini dikarenakan pada tahap ini sosialisasi merupakan modal untuk melakukan proses yang lebih luas.

Info Untukmu!
Proses sosial dalam kehidupan masyarakat juga memunculkan status sosial dan peran sosial. Status sosial dapat juga disebut dengan peringkat sosial, yaitu kedudukan seseorang pada tingkat tertentu. Kedudukan seseorang tersebut diperhitungkan dengan syarat apabila terdapat kelompok masyarakat. Tinjauan status sosial dalam masyarakat sangat beragam sudut pandangnya, yaitu aspek ekonomi, politik, pendidikan, profesi, dan agama. Status sosial pada masyarakat yang masih sederhana diperoleh seseorang lewat keturunan dan kewibawaan. 
Peran sosial adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh seseorang sesuai dengan statusnya. Peran sosial ini juga dikembangkan oleh tatanan/nilai/norma yang terdapat dalam golongan masyarakat tertentu. Artinya, dengan kedudukan sama tetapi dalam kelompok masyarakat berbeda sangat mungkin terdapat peran sosial yang berbeda. Faktor yang memengaruhi perbedaan peran, yaitu geografis, tingkat pendidikan, dan keberagaman masyarakat.

Sosialisasi yang kedua adalah sosialisasi sekunder. Sosialisasi model ini mengharapkan seseorang bersikap proaktif dalam menjalin relasi (hubungan sosial). Sosialisasi sekunder berkaitan dengan sikap formal dan nonformal. Sosialisasi ini dijalankan secara umum oleh seseorang dalam masyarakat. Sosialisasi sekunder dibutuhkan bagi seseorang yang ingin memperluas cakrawalanya. Sosialisasi model ini sangat terkait dengan faktor geografis, biologis, dan ekologis. Misalnya, seseorang yang besar di lingkungan pantai tentu memiliki kebiasaan masyarakat pantai. Watak atau kepribadian orang di daerah pantai pasti berbeda dengan masyarakat di daerah pegunungan atau pedalaman.

Dua proses sosialisasi ini akan saling melengkapi. Watak yang dibentuk di lingkungan sosialisasi primer akan memperkuat tipe seseorang dalam bersosialisasi secara lebih luas. Dari watak ini akan muncul sikap yang mewarnai proses sosialisasi berikutnya. Sikap ini akan menentukan apakah seseorang akan bersosialisasi atau menolak proses sosialisasi. Seseorang dengan sikap yang telah terbentuk akan mudah untuk mewujudkan kebutuhan bersosialisasi. 

Sikap ini menyangkut pemilihan dengan siapa dan di mana seseorang harus menjalin relasi (hubungan). Jika sikap ini diasah, akan menghasilkan pengalaman sosial yang sangat membantu seseorang untuk menjalani realitas sosial (kenyataan dalam masyarakat). Misalnya, lingkungan yang menurutnya sesuai untuk seseorang dalam berproses dan orang macam apa yang dapat bersosialisasi. Kebijakan seperti apa yang membuat seseorang berkembang atau tidak, serta hal apa yang membuat seseorang bersosialisasi? Dengan demikian, seseorang akan mudah dan nyaman dalam bersosialisasi. Contoh Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian