Pengertian Penokohan Dalam Drama Teater

Penokohan Dalam Drama Teater - Penokohan merupakan  usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Suatu misal kita mengidentifisasi satu peran, berbarti kita telah menngadopsi pikiran-pikiran dan perasaan peran tersebut menjadi perasaan dan pikiran kita.

Penokohan atau perwatakan dalam sebuah lakon memegang peranan yang sangat penting. Bahkan Lajos Egri berpendapat bahwa berperwatakanlah yang paling utama dalam lakon. Tanpa perwatakan tidak akan ada cerita, tanpa perwatakan tidak bakal ada plot. Padahal ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, konflik yang akhirnya melahirkan cerita (A. Adjib Hamzah,  1985). 

Peran Penokohan Dalam Drama Teater
Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran. Dalam teater,  peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut. 

•  Protagonis 
Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita.  Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita. Contoh tokoh protagonis pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah tokoh Raja Lear itu sendiri.  

•  Antagonis 
Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis. Contoh tokoh antagonis pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah tokoh Gonerill dan tokoh Regan. Kedua tokoh inilah yang menentang perkembangan, keinginan, dan cita-cita Raja Lear.   

•  Deutragonis 
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis. Contoh, peran Tumenggung Kent, Edgar, Cordelia dalam lakon  Raja Lear karya William Shakespeare. 

•  Tritagonis 
Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis. Contoh, tokoh Bangsawan pada lakon  Raja Lear  karya Willliam Sahkespeare. Dia adalah pengawal dari Cordelia. 

•  Foil 
Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis. Contoh, tokoh Perwira, Oswald, Curan dalam lakon  Raja Lear karya William Shakespeare. 
  
•  Utility  
Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis. Contoh: tokoh Badut dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare. 


Jenis Karakter - Penokohan Dalam Drama Teater
Karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran  tersebut sehingga bisa dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu  flat character, round charakter, teatrikal, dan karikatural. 

•  Flat Character (perwatakan dasar)  
Flat character atau karakter datar adalah karakter  tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang.  

Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan karakter.  Flat character  ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon.  Flat character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter  tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon. Misalnya tokoh Oswald, tokoh Badut  dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo. Tokoh Oswald ini dari awal cerita sampai akhir cerita tetap sebagai pembantu atau abdi Gonerill, sama dengan tokoh Badut dalam lakon ini tidak berkembang, baik secara emosi, pribadi, maupun secara status sosialnya. 

•  Round Character (perwatakan bulat)  
Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya. Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.  

Misalnya perkembangan karakter tokoh Raja Lear pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno sumardjo, awalnya Raja Lear berniat turun tahta dengan cara membagi-bagi wilayah kerajaan tetapi masih tetap ingin kemegahan, kenyamanan, dan masih ingin dihormati. Tetapi keinginan dihalangi oleh ulah putri-putrinya, sehingga mengalami frustasi dan menjadi gila. Terus dalam kegilaanya Raja Lear mencari cara untuk balas dendam kepada putri-putrinya yang telah menghalanginya. Kegilaan ini semakin menjadi-jadi sampai dengan pertemuannya dengan Gloucester di akhir babak ke empat dan dia membayangkan menyelusup ke dalam puri putri-putri serta membunuhnya. Sampai pada akhir cerita, Raja Lear bertemu dengan putrinya yang sudah diusir serta tidak diakui sebagai anak yang mampu merubah pribadinya dari pribadi yang gila menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. 

Perubahan karakter inilah yang menjalankan lakon menjadi menarik. Misalnya lakon  Raja Lear Karya William Shakespeare, awalnya karakter Raja Lear  hanya memikirkan dirinya sendiri, terus mengalami penderitaan dan menjadi orang baru diakhir cerita merefleksikan perubahan karakter. Perubahan ini dikemas dan dimainkan menjadi sesuatu yang menarik sehingga penonton  tidak mengalami kejenuhan. 

Gambar Karakter teatrikal

•  Teatrikal 
Teatrikal adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis seperti nampak pada gambar 14 di atas. Karakter-karakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana, keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi dilakukan oleh manusia. Misalnya karakter yang diciptakan oleh Putu Wijaya pada lakon-lakonnya yang bergaya post-realistic, seperti tokoh A, D, C, Si Gembrot, Si Tua, Kawan, Pemimpin (lakon LOS)  dan lain-lain. 
Penokohan Dalam Drama Teater

Gambar Karakter karikatural

•  Karikatural 
Karikatural adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir seperti diperlihatkan dalam gambar 15 di atas. Karakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara  kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan  tingkah laku. Misalnya, karakter Badut pada lakon Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo, kalau dianalisis dialognya menunjukkan betapa sangat satir dan dapat mengimbangi ketegangan suasana yang diciptakan oleh Raja Lear. 
BADUT : Bakal kau alami, anakmu yang lain itu berbuat layak, sebab meskipun dia serupa kakaknya, seperti apel hutan serupa dengan apel biasa, namun aku tahu apa yang kutahu. 
LEAR : Apa yang kau tahu, bocah? 
BADUT : Seleranya sama, seperti apel sama rasanya dengan apel. Bisa menjawa, mengana hidung orang ada di tengah-tengah mukanya? 
LEAR : Tidak. 
BADUT : Yaitu supaya ada mata di kanan-kiriinya, jadi manusia dapat melihat apa yang tak mampu diciumnya. 
LEAR : Aku berbuat salah terhadap dia –  
BADUT : Tahu, bagaimana kerang membikin kulitnya? 
LEAR : Tidak 
BADUT :  Aku pun tidak, tapi kutahu mengapa keong punya 
rumah. 
LEAR : Ya? 
BADUT : Yakni guna menyimpan kepalanya; tidak untuk diberikan pada anak-anaknya,hingga tanduknya tak berkerudung. 
LEAR : Hendak kulupakan watakku – padahal ayahnya sebaik itu – Kudaku siap? 
Dari dialog yang dilakukan oleh Raja Lear dengan Badut ini bisa dianalisis bahwa suasana yang diciptakan oleh Raja Lear cenderung pada suasana kemarahan karena telah diusir oleh anaknya, sedangkan dialog yang disampaikan oleh Badut cenderung lucu dan ceria meskipun berisi tentang olok-olok dan nasehat kepada Raja Lear.  Penokohan Dalam Drama Teater